Minggu, 07 Juni 2015

Tugas Mingguan

Raden Ajeng Kartini
Oleh : Wahyu Arif Ramadhan
Ketika kami berdiri disini ..........
Kami melangkah menggapai sebuah  cita cita..............
Dan kami memperjuangkan kebahagian kami .............
Perjuangan adalah kekuatan kami ...........

Keterbatasan dimasa lalu jadikan motivasi ...........
Menapaki sebuah keterbatasan ilmu ...............
Membuat kami sadar akan perjuangan mu di masa silam............
Bangkin kunci utama ................

Read More.. “Tugas Mingguan ” »

Sejarawan: Bung Karno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar

Hanya Sekedar Artikel semoga dapat membantu pembelajaran dan Informasi Sejarah

WARTA KOTA, MENTENG - Sejarawan yang juga penulis buku Soekarno,Peter Kasenda menegaskan presiden pertama Indonesia bukan lahir di Blitar, melainkan lahir di Surabaya.
Dirinya mengoreksi pernyataan presiden Joko Widodo yang mengatakan tokoh proklamator itu lahir di Blitar.
"Bung Karno lahir di Surabaya. Bukan di Blitar," kata Peter dalam diskusi bertema 'Bung Karno Lahir Dimana?: Bagaimana Kita Memperlakukan Sejarah' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (6//6/2015)
Read More.. “Sejarawan: Bung Karno Lahir di Surabaya, Bukan di Blitar” »

Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda

KERAJAAN Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit. Ia kerajaan bebas-merdeka namun berada di pulau yang sama, Jawadwipa. Penduduknya tidak terpengaruh berbagai peperangan dan kerusuhan yang terus-menerus terjadi di Jawa Timur sejak zaman Airlangga, Janggala-Panjalu, Kadiri, Singhasari, hingga masa Tribhuwanottunggadewi.
“Hubungan mereka secara politik baik-baik saja. Sunda bukanlah daerah vassal yang harus tunduk kepada Majapahit dan mengakui raja Majapahit sebagai penguasa yang harus dipertuannya,” ujar Agus Aris Munandar, arkeolog UI.
Read More.. “Drama Bubat dan Panas-Dingin Hubungan Majapahit-Sunda” »

Peninggalan Kolonialisme yang Terlupakan


Sejarah Gedung Juang 45

Sejarah Lokal ini meruapakan sebuah ceriminan sebuah daerah dalam hal ini saya sebagai guru Sejarah akan memberikan sebuah pengetahuan mengenai sejarah Kota Serang yang terlupakan bahkan gedung peninggalan nya dialih fungsikan sebagai wahana hiburan .
Dalam hal ini generasi muda khususnya Siswa perlu mengetahui sejarah daerah peninggalan di Kota Tercinta kita ini .

A. Geohistoris
      Gedung juang ini terletak di Jalan Ki Mas Jong No 15 Kota Serang .
B. Detail Bangunan
      Bagunan ini menghadap ke utara dengan serambi muka menjorok kedepan ditopang oleh 9 buah pilar bergaya Tuscan bewarna putih .Dibagian muka terdapat dua pintu masuk dan empat buah jendela kaki bangunan berbentuk pondasi masif yang ditinggikan sekitar 50 cm dari permukaan tanah sehinga diperlukan beberapa anak tangga di bagian serambi.

Bagian dalam bangunan ini terdapat semacam jalan kecil (lorong) yang di kiri kanan nya terdapat ruangan-ruangan yang kini dijadikan sebagian ruang kerja . Dibagian belakang terdapat ruangan yang dijadikan sebagai dapur dan gudang. Atap bangunan berbentuk joglo dan memiliki sudut lancip ditengahnya dengan konstruksi kayu gentingnya terbuat dari tembikar warna coklat.

Sejarah Teater Pelita
A.Segi Geohistoris
Banguanan ini terletak di Daerah pasar lama Kota Serang,Bangunan ini menempati di salah satu sudut jalan sekunder .
B.Detail Bangunan
Bangunan ini sudah tidak terawat karena sudah lama tidak difungsikan .Pada saat pendataan ini dilakukan sedang dilaksanakan kagiatan pembagunan di bagian depan berupa penambahan bangunan baru.
Secara umum bangunan ini berdenah persegi panjang dengan arah hadap ke utara . Bagian muka bangunan berbentuk persegi empat dengan bagian kiri dan kanan lebih rendah sekitar 50 cm .Secara horizontal bagian muka bagunan ini terbagi kedalam 3 bagian ,bagian atas terdiri atas 2 lubang angin berbentuk jendela .Bagian kedua dibagi ke dalam 5 Petak berbentuk panil ,sementara bagian paling bawah terdapat bekas pintu masuk berupa gerbang lengkung sebanyak lima buah . Pada Tahun 2007 Theater Pelita sudah berubah total beralih menjadi kompleks pertokoan 
Read More.. “Peninggalan Kolonialisme yang Terlupakan ” »

Inilah Perang Terlama di Indonesia Yang Luput Dari Sejarah

Sebuah pertempuran besar luput dari catatan sejarah nasional.  Pertempuran tersebut terjadi di desa Kedongdong, Kecamatan Susukan, Cirebon. Peperangan tersebut terjadi selama 20 tahun (1753-1773), atau tujuh belas tahun sebelum pecahnya perang Diponegoro atau yang lebih dikenal dengan Perang Jawa.
Read More.. “Inilah Perang Terlama di Indonesia Yang Luput Dari Sejarah” »

Peran Kaum Pedagang Dalam Siar Agama Islam


a.     Proses perdagangan dan penyebaran islam
      Masuknya agama islam ke Indonesia terjadi melalui proses perdagangan  para pedagang Indonesia yang telah bergaul dan berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di kota-kota internasional menjadi kelompok social yang berpengaruh pada kelompok social lainnyadi Indonesia pada abad ke-12 sampai 17 M.  melalui golongan ini agama islam menyebar sampai keseluruh wilayah Indonesia.

b.     Proses hubungan sosial yang terbuka
        Hubungan social yang terbuka antara para pedagang dan masyarakat serta dengan para wali sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran islam. Melalui hubungan terbuka di antara pedagang atau di antara orang-orang bukan pedagang serta hubungan antara para wali dengan para penduduk setempat, terjadilah mobilitas social dalam masyarakat Indonesia baik secara vertical maupun horizontal.
        Secara vertical mobilitas social ditandai dengan semakin banyaknya pedagang-pedagan beragama islam yang mendapatkan keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut menjadi kelompok yang memilik kekayaan yang cukup banyak dibandingkan dngan kelompok lainnya. Mereka mampu meningkatkan status sosialnya sehingga disegani oleh golongan lain.
        Menurut catatan Tome Pires yang mengunjungi Tuban dan Gresik pada tahun 1514, di kota-kota tersebut telah terdapat pedagang islam yang kaya dari generasi ketiga yang berfungsi sebagai penguasa-penguasa di pelabuahan.

c.      Daya tarik dan kedudukan pedagang islam
      Status tinggi dan terhormat yang memiliki golongan pedagang islam medorong pedagang lain untuk memasuki bidang perdagangan.  Untuk memudahkan aktivitas sebagai pedagang, golongan tersebut berusaha untuk memeluk agama baru, yaitu islam dan dagang merupakan dua hal yang yang tidak bisa dipisahkan pasda zaman ramainya perdagangan di perairan nusantara  abad ke-12 sampai 17 M. dengan memeluk agama islam sebagian masyarakat akan mempermudah hubungan dagang dan dunia dagang internasional.
      Para pedagang dari arab, Gujarat, Persia dan jenggal, serta para pedagang nusantara yang berhubungang dagang dengan malak memiliki kedudukan tinggi. Golongan elit politik di jawa dan sumatera yang masih dipengaruhi oleh kebudayaan hindu-budha memandang para pedagang memiliki kedudukan yang tinggi . kekayaan, kekuasaan, dan agaa serta kebudayaan merupakan unsusre prestise yang dipandang tinggi oleh para penguasa pedalaman sehingga mendorong golongan elite (penganut hindu-budha) untuk memeluk agama islam.

d.     Daya tarik ajaran islam
      Bagi masyarakat golongan bawah adanya pandangan islam mengenai kedudukan pedagang yang terhormat  dalam masyarakat menjadi daya tarik tersendiri. Agama baru ini tidak membedakan asal-usul keturunan, bangsa, dan kedudukan social seperti dalak system kasta agama hindu. Dengan agama bau tersebut golongan ini tidak lagi dianggap sebagai golongan bawah. 

e.      Mobilitas dan migrasi para pedagang islam
      Semakin banyak golongan pedagang dan golongan pemeluk islam baru, maka terjadilah mobilitas social secara horizontal. Mobilitas tersebut ditandai dengan semakin banyaknya persebaran pedagang diseluruh pelabuhan nusantar dan persebaran penduduk penganut agama islam di daerah sekitarnya.
      Setelah penduduk di kota-kota pelabuhan dagang di Sumatra dan jawa memeluk islam, maka penduduk pesisir di Kalimantan, Sulawesi, nusa tenggara dan Maluku pun mengitu langkah yang sama. Lahirnya kerajaan-kerajaan islam di Sumatra dan jawa di susul lahirnya kerajaan-kerajaan baru di kawasan Indonesia bagian timur.
  
f.       Kegiatan Dakwah oleh Para Wali
Selai penyebaran secara alami melalui proses perdagangan, proses penyebaran islam juga terjadi melalui usaha-usaha nyata yang dilakukan oleh orang – orang yang merasa berkewajiban untuk menyebarkannya. Penyebaran tersebut dilakukan memalui dakwah yang dirintis oleh para wali jawa di jawa dan beberapa daerah lainnya di Indonesia.
Menurut sejarah lisan masyarakat jawa terdapat wali yang menyebarkan agama islam di jawa. Wali-wali tersebut terkenal dengan sebutan Wali Songo, diantara wali-wqali tersebut terdapat Sembilan orang yang memiliki pengaruh luas bukan hanya di golongn bawah tetapi juga. pada golongan elit. Kesemblan wali yang paling dikenal tersebut antara lain sebagai berikut :

1.      Maulana Malik Ibrahim (wafat  1419 M ) atau Maulana Magribi yang dimakamkan di gersik, menyebarkan islam dengan cara pendekatan prgaulan. Sebelum menyebarkan islam Maulana Malik Ibrahim  menedekati penduduk setempat untuk mengenal adat istiadatnya terlebih dahulu.
2.      Sunan Ampel, kemenakan dari raja Majapahit, Kertawijaya (1467 M) menyebarkan islam melalaui pendidikan pesantren. Wali ini adalah perancang kerajaan Islam pertama di Jawa (kesultanan Demak) dan pembina pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Murid-muridnya antara lain adalah Raden Fatah (sultan pertama kesultanan Demak), Sunan Giri, Sunan Drajat, dan putranya sendiri: Sunan Bonang.
3.      Sunan Giri tatau Raden Paku, murid Sunan Ampel meneyebarkan islam melalui dunia seni. Ia seorang penduduk yang berjiwa demokratis. Ia mendidik melalui permainan yang berjiwa agama, misalnya melalui permainan “cublak-cublak suweng”.
4.      Sunan Bonang yang dilahirkan (1465 M) dalah putra Sunan Ampel yang menyebarkan islam di Tuban dan menggunakan kultur pra islam dalam penyebaran agama islam. Ia banyak melakukan siar Islam melalui budaya. Ia terkenal sebagai pencipta gending pertama untuk menyebarkan agaman Islam di pesisir Jawa Timur.
5.      Sunan Drajat, putra ketiga dari Sunan Ampel, melakukan penyebaran agama islam denganpendekatan social. Wali ini sangat banyak memberi perhatian pada masalah-masalah sosial. Tema Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan.
6.      Sunan Kudus, Panglima Kesultanan Demak dan pendiri masjid Menara Kudus, Jawa Tengah, ini dikenal sebagai wali yang ahli dalam bidang ilmu agama.Menyebarkan islam di Kudus menggunakan pendekatan seni dalam menyebarkan islam.
7.      Sunan Muria, Ia banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di pedesaan, terutama di sekitar Gunung Muria, Jawa Tengah.Banyak menyebarkan agama islam di daerah pedalaman kudus. Pendekatan kebudayaanya dilaukan dengan menarik rakyat golongan bawah untuk masuk dan memeluk agama islam.
8.      Sunana kalijaga berasal dari lingkungan keraton majapahit. Ia menyebarkan agama islam dengan memanfaatkan saran wayang yang digemari masyarakat pedalamn jawa. Jasanya dalam menyebarkan Islam melalui kesenian terlihat dari seni wayang, gamelan, ukir, busana, dan sastra yang diciptakannya,
9.      Sunan Gunung Jati, Ia dikenal sebagai pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan Banten, Jawa Barat. Ia adalah peletak dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan orang Islam di Banten tahun 1525/1526.Meneybarkan agama islam di jawa barat, terutama di Cirebon.


Read More.. “Peran Kaum Pedagang Dalam Siar Agama Islam ” »

Kesultanan Banten

   A.   Asal Mula Kesultanan Banten
Kesultanan Banten awalnya hanya sebuah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Padjajaran yang bercorak Hindu.[1] Wilayah kerajaan ini merupakan salah satu wilayah yang berpengaruh dalam jalur perdagangan internasional.[2] Banten merupakan salah satu pelabuhan terpenting kerajaan ini dan wilayah lain, di antaranya, Pontang, Tangerang, Kalapa, Cimanuk, dan Cirebon. Ekspor utama pelabuhan Banten adalah lada dan beras. Posisi Banten yang sangat strategis membuat wilayah ini menjadi tempat transit pedagang dari negara-negara lain seperti Maladewa serta kerajaan-kerajaan lain.[3]
            Pada tahun 1522 Jorge d’ Albuquerque, Gubernur Portugis di Malaka, mengirim Henrique menemui Raja Samiam[4] di Sunda untuk mengadakan perjanjian dagang dengannya. Pada tanggal 21 Agustus kesepakatan dagang antara Portugis dan Sunda Kelapa akhirnya disepakati. Dalam perjanjian ini, Kerajaan Sunda berkewajiban membayar 1000 bahar lada setiap tahunnya dan Kerajaan Sunda Padjajaran memberikan sebuah wilayah untuk dijadikan benteng Portugis. Sebagai imbalannya, Portugis akan melindungi Kerajaan Sunda Padjajaran dari serangan Kerajaan Islam yang saat itu telah berkembang di Pulau Jawa bagian  tengah.[5] Akhrinya, Portugis diberikan izin untuk mendirikan kantor dagang di Sunda kelapa.
Read More.. “Kesultanan Banten ” »